Selasa, 27 Oktober 2015

Pengaruh Pendidikan Akhlak Sejak Dini didalam Keluarga dapat Menghasilkan Generasi yang Memiliki Kepribadian Iman Islami


 PENGERTIAN PENDIDIKAN 
 Pengertian pendidikan secara etimologi dan terminologi
a.      Pengertian pendidikan secara etimologi
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata pendidikan berasal dari kata “didik” dengan awalan “pe” dan akhiran “an” yang mengandung makna “perbuatan” (hal, cara dan sebagainya). Ini bisa dipahami bahwa pendidikan secara etimologi adalah proses perbuatan atau kegiatan mendidik atau cara mendidik.
Istilah lain pendidikan yang sering juga didengar adalah “pedagogik” dan “pedagogi”. Dua kata ini hampir sama bentuknya akan tetapi berbeda maknanya. Pedagogik artinya mendidik atau ilmu pendidikan, sedangkan pedagogi artinya pendidikan. Pedagogik berasal dari kata yunani paedagogiek turunan kata dari kata “paedos/paes”, yang berarti anak, dan “agogos/ago” yang mengantar atau membimbing, paedagogos berarti “seorang pelayan atau bujang pada zaman yunani kuno yang pekerjaannnya mengantarkan dan menjemput anak-anak ke an dari sekolah” dari perkataan paedagogos lahir kata paedagoog (bahasa belanda), yang artinya pendidik atau ahli didik, jadi secara harifah pedagogik itu berarti “pembantu laki-laki yang mengantarkan anak majikannya kesekolah”. Secara kiasan pedagogik diartikan “sebagai seorang ahli yang membimbing anak kearah tujuan hidup tertentu” (syamsul yusuf, 2007)
b.      Pengertian pendidikan secara terminologi
Definisi pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli:
1)      Driyakara mengatakan bahwa pendidikan adalah memanusiakan manusia muda. Dengan kata lain pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda.
2)      Dalam Dictionary Of Education menyebutkan bahwa apendidikan adalah:
a)      Proses dimana seseorang mengembangkan sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya didalam masyarakat dimana dia hidup
b)      Proses social dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang dating dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosil dan kemampuan indvidu yang optimum
3)      Menurut Nana Sudjana  pendidikan adalah usaha sadar memanusiakan manusia atau membudayakan manusia. Pendidikan adalah proses sosialisasi menuju kedewasaan intelektual, social, moral sesuai dengan kemampuan dan martabat sebagai manusia.
4)      M.J. langeveld berpendapat bahwa pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak dalam suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung”
5)      Menurut Undang-Undang Sistem Pendidika Nasional No. 20 Tahun 2003, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dari beberapa pegertian pendidika menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha yang dilakukan oleh orang yang tentu saja orang yang dewasa secara intelektual, spiritual, emosional maupun social untuk membimbing dan mengarahkan seseorang atau sekelompok orang menuju kualitas hidup yang lebih baik.

PENGERTIAN AKHLAK
      Pengertian akhlak secara etimologi
Akhlah secara etimologi berasal dari kata khalaqa yang kata aslinya khuluqun, yang berarti perangai, tabiat, adat atau khalqun yang bearti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat, atau sistem perilaku yang dibuat.  Istilah akhlak menurut kamus besar Bahasa Indonesia, mengandung pengertian sebagai suatu budi pekerti atau kelakuan.
b.      Pengertian akhlak secara terminologi
Berikut ini beberapa pengertian akhlak menurut para ahli :
1)      Menurut Abu Hamid Al Ghazali, akhlak adalah suatu sifat yang terpatri dalam jiwa yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memikirkan dirinya dan merenung terlebih dahulu.
2)      Menurut Muhammad bin Ali asy Syariif Al Jurjani, akhlak adalah suatu sifat (baik atau buruk) yang tertanam kuat didalam diri yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan tanpa perlu dipikirkan dan merenung.
3)      Menurut Ahmad bin Mushthafa, akhlak adalah ilmu yang darinya dapat diketahui jenis-jenis keutamaan itu adalah terwujudnya keseimbangan antara tiga kekuatan , kekuatan berpikir, kekuatan marah, dan kekuatan syahwat
4)      Menurut Ibnu Maskawaih akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Dari beberapa pengertian akhlak menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya tidak ada perbedaan yang mendasar mengenai pengertian tersebut. Akhlak merajuk pada kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwa kalau kehendak itu dibiasakan maka kebiasaan itulah yang dinamakan akhlak.


PENGERTIAN PENDIDIKAN AKHLAK
Dari definisi pendidikan dan akhlak diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah usaha sadar dan tidak sadar yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk membentuk tabiat yang baik pada seorang anak didik, sehinga terbentuk manusia yang taat kepada Allah.
Akhlak secara kebahasaan bisa baik atau buruk tergantung kepada tata nilai yang dipakai sebagai landasannya, meskipun secara sosiologis di Indonesia kata akhlak sudah mengandung konotasi baik, jadi orang yang berakhlak berarti orang yang berakhlak baik.
Akhlak atau sistem perilaku ini terjadi melalui satu konsep atau seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana sebaiknya akhlak itu harus terwujud. Konsep atau seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana akhlak itu, disusun oleh manusia di dalam system idenya. Sistem ide ini adalah hasil proses (penjabaran)dari pada kaidah-kaidah yang dihayati dan dirumuskan sebelumnya,

Banyak orangtua mempercayakan 100% pendidikan agama bagi anaknya kesekolah, karena di sekolah ada pendidikan agama dan guru agama. Sebagian orangtua mnambah pendidikan agama (islam) bagi anaknya dengan cara menitipkan anaknya kepesantren, atau mendatangkan guru agama kerumah. Mereka menganggap anak-anak mereka akan menjadi orang yang beriman dan bertakwa.
Inti agama ialah iman. Inti keberagamaan ialah keberimanan. Keberimanan itu tidak dapat di ajarkan di sekolah, dipesantren ataupun dengan cara mengundang guru agama ke rumah. Disekolah dan pesatren diajarkan pengetahuan tentang iman, keimanan dan keberimanan. Pengajaran itu bersifat kognitif saja, berupa penyampaian pengetahuan (pengetahuan tentang iman, keimanan dan keberimanan). Keberimanan adalah sesuatu yang berada didalam hati (al-qalb). Keimanan itu bukan dikepala, bukan berupa pengetahuan.
Karena iman itu didalam hati bukan dikepala, maka iman tidak dapat diajarkan. Lantas bagaimana menjadikan seseorang itu beriman? Nabi SAW. mengajarkan bahwa keberimanan itu ditanamkan
Penanaman iman itu harus dimulai sejak dini sekali, sejak terbayangkan adanya yaitu sejak memilih jodoh. Nabi bersabda, “pilih-pilihlah tempat penyemaian benih kalian…” (Hadis Riwayat Ibnu Majah, Al-Daruquthni, Al-Hakim). Maksudnya hati-hatilah memilih jodoh, karena sifat ayah dan atau sifat ibu dapat menurun pada anaknya. Jika ayahnya dan atau ibuya nakal, sifat itu kemungkinan besar akan menurun kepada anaknya. Jika sifat buruk itu menurun, anak itu akan sulit didik menjadi orang beriman.
Dalam hal memilih jodoh, nabi mengajarkan agar digunakan empat kriteria sebagai ukuran, yaitu kekayaannya, keturunannya, rupanya, dan agmanya. Apabila kamu memilih agamanya, maka akan terbebaslah kamu dari kesulitan (hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)
Selanjutnya, saat anak itu ada didalam kandungan bunya, penanaman iman perlu terus dilakukan. Caranya, sama saja dengan mendidik anak yang sudah lahir, akan tetapi, pendidikan keimanan pada masa ini dilakukan oleh atau kepada ibunya. Hasil penelitian psikologi menjelaskan bahwa apa-apa yang dialami ibu hamil akan mempengaruhi bayi yang ada dikandungannya. Apabila ibunya mendapatkan pendidikan keimanan, anak yang dikandungnya juga akan memperoleh pendidikan keimanan.
Selanjutnya, saat bayi lahir, ada hal-hal yang harus dilakukan oleh ayah dan ibunya, antara lain memberinya nama yang baik. Ini merupakan salah satu bentuk penanaman iman pada bayi itu. Nama yang baik akan memberikan pendidikan kepada anak itu kelak. Nabi mengajarkan bahwa pendidikan keimanan itu pada dasarnya dilakukan oleh orangtuanya. Caranya, memelui peneladanan dan pembiasaan.
Orangtua adalah orang yang menjadi teladan anaknya. Setiap anak, mula-mula mengagumi kedua orangtuanya. Semua tingkah orangtuanya ditiru oleh anak itu. Karena itu, peneladanan sangat perlu. Berikut ini contoh peneladanan dan kebiasaan yang dilakukan oleh orangtua:
1.    ketika akan makan. Misalnya, ayahnya membaca doa, anak-anak menirukan itu.
2.    Saat orangtuanya ahalat, anak kecil itu diajak sholat, sekalipun mereka belum mengetahui cara dan bacaannya.
3.    Saaat puasa Ramadhan, orangtua mengajak anaknya makan sahur, meskipun pada pukul Sembilan mereka sudah berbuka.
4.    Saat Idul Fitri, anak-anak itu dibawa ke lapangan atau masjid meskipun mereka hanya rebut-ribut saja disana, tapi suasana itu akan berpengaruh kepada mereka.
5.    Saat ayah datang dari berpergian atau saat akan meninggalkan rumah, ucapkanlah salam.
Orangtua adalah pendidik utama dan pertama dalam hal penanaman iman bagi anaknya. Disebut pendidik utama karena besar sekali pengaruhnya. Disebut pertama, karena merekalah yang pertama mendidik anaknya. Sekolah, pesantren dan guru agama adalah institusi pendidikan dan orang yang sekedar membantu orangtua.
Menyerahkan 100% pendidikan keimanan anak-anak kita ke sekolah, pesantren, atau kepada guru agama yang diundang ke rumah merupakan tindakan yang tidak baik karena tidak akan mampu melakukan pendidikan keimanan tersebut.
Keimanan sangat diperlukan untuk landasan bagi akhlak mulia. Keimanan diperlukan agar akhlak anak remaja tidak merosot seperti tidak menghormati orang yang lebih tua, bermain bersama teman-temannya yang nakal pada malam hari, dan masih banyak lagi, sedangkan keberimanan diperlukan agar anak mampu hidup tentram serta konstruktif pada zaman global ini. Jadi, pendidikan agama didalam keluarga sangatlah perlu, karena keluargalah satu-satunya institusi pendidikan yang mampu melakukan pendidikan keberimanan bagi anak-anaknya. Melakukan pendidikan agama dalam keluarga itu ikut berusaha menyelamatkan generasi muda. Dengan demikian, berarti keluarga itu ikut berusaha menyelamatkan bangsa. Dengan cara ini diharapkan generasi muda kita kelak menjadi warga Negara yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keimanan dan ketakwaan itulah yang akan menerangi kehidupan mereka pada zaman global. Keimanan dan ketakwaan itulahyang akan menjadi landasan hidup meraka, menunjukkan tujuan hidup mereka, serta menjadi filter dalam menilai mana yang baik mana yang buuk pada zaman global itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar