PENGERTIAN
PENDIDIKAN
Pengertian
pendidikan secara etimologi dan terminologi
a. Pengertian
pendidikan secara etimologi
Dalam kamus besar
Bahasa Indonesia kata pendidikan berasal dari kata “didik” dengan awalan “pe”
dan akhiran “an” yang mengandung makna “perbuatan” (hal, cara dan sebagainya).
Ini bisa dipahami bahwa pendidikan secara etimologi adalah proses perbuatan
atau kegiatan mendidik atau cara mendidik.
Istilah lain
pendidikan yang sering juga didengar adalah “pedagogik” dan “pedagogi”. Dua kata
ini hampir sama bentuknya akan tetapi berbeda maknanya. Pedagogik artinya
mendidik atau ilmu pendidikan, sedangkan pedagogi artinya pendidikan. Pedagogik
berasal dari kata yunani paedagogiek turunan kata dari kata “paedos/paes”, yang
berarti anak, dan “agogos/ago” yang mengantar atau membimbing, paedagogos
berarti “seorang pelayan atau bujang pada zaman yunani kuno yang pekerjaannnya
mengantarkan dan menjemput anak-anak ke an dari sekolah” dari perkataan
paedagogos lahir kata paedagoog (bahasa belanda), yang artinya pendidik atau
ahli didik, jadi secara harifah pedagogik itu berarti “pembantu laki-laki yang
mengantarkan anak majikannya kesekolah”. Secara kiasan pedagogik diartikan “sebagai
seorang ahli yang membimbing anak kearah tujuan hidup tertentu” (syamsul yusuf,
2007)
b. Pengertian
pendidikan secara terminologi
Definisi pendidikan yang dikemukakan
oleh para ahli:
1) Driyakara
mengatakan bahwa pendidikan adalah memanusiakan manusia muda. Dengan kata lain
pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda.
2) Dalam
Dictionary Of Education menyebutkan bahwa apendidikan adalah:
a) Proses
dimana seseorang mengembangkan sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya
didalam masyarakat dimana dia hidup
b) Proses
social dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan
terkontrol (khususnya yang dating dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau
mengalami perkembangan kemampuan sosil dan kemampuan indvidu yang optimum
3) Menurut
Nana Sudjana pendidikan adalah usaha
sadar memanusiakan manusia atau membudayakan manusia. Pendidikan adalah proses
sosialisasi menuju kedewasaan intelektual, social, moral sesuai dengan
kemampuan dan martabat sebagai manusia.
4) M.J.
langeveld berpendapat bahwa pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi antara
orang dewasa dengan anak-anak dalam suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu
berlangsung”
5) Menurut
Undang-Undang Sistem Pendidika Nasional No. 20 Tahun 2003, bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.
Dari beberapa pegertian pendidika
menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha yang
dilakukan oleh orang yang tentu saja orang yang dewasa secara intelektual,
spiritual, emosional maupun social untuk membimbing dan mengarahkan seseorang
atau sekelompok orang menuju kualitas hidup yang lebih baik.
PENGERTIAN
AKHLAK
Pengertian
akhlak secara etimologi
Akhlah
secara etimologi berasal dari kata khalaqa yang kata aslinya khuluqun, yang
berarti perangai, tabiat, adat atau khalqun yang bearti kejadian, buatan,
ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat, atau sistem
perilaku yang dibuat. Istilah akhlak
menurut kamus besar Bahasa Indonesia, mengandung pengertian sebagai suatu budi
pekerti atau kelakuan.
b. Pengertian
akhlak secara terminologi
Berikut
ini beberapa pengertian akhlak menurut para ahli :
1) Menurut
Abu Hamid Al Ghazali, akhlak adalah suatu sifat yang terpatri dalam jiwa yang
darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memikirkan dirinya dan
merenung terlebih dahulu.
2) Menurut
Muhammad bin Ali asy Syariif Al Jurjani, akhlak adalah suatu sifat (baik atau
buruk) yang tertanam kuat didalam diri yang darinya terlahir
perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan tanpa perlu dipikirkan dan
merenung.
3) Menurut
Ahmad bin Mushthafa, akhlak adalah ilmu yang darinya dapat diketahui jenis-jenis
keutamaan itu adalah terwujudnya keseimbangan antara tiga kekuatan , kekuatan
berpikir, kekuatan marah, dan kekuatan syahwat
4) Menurut
Ibnu Maskawaih akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Dari beberapa pengertian akhlak menurut para ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa pada hakekatnya tidak ada perbedaan yang mendasar mengenai
pengertian tersebut. Akhlak merajuk pada kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwa
kalau kehendak itu dibiasakan maka kebiasaan itulah yang dinamakan akhlak.
PENGERTIAN
PENDIDIKAN AKHLAK
Dari definisi
pendidikan dan akhlak diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah
usaha sadar dan tidak sadar yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk
membentuk tabiat yang baik pada seorang anak didik, sehinga terbentuk manusia
yang taat kepada Allah.
Akhlak secara
kebahasaan bisa baik atau buruk tergantung kepada tata nilai yang dipakai
sebagai landasannya, meskipun secara sosiologis di Indonesia kata akhlak sudah
mengandung konotasi baik, jadi orang yang berakhlak berarti orang yang
berakhlak baik.
Akhlak atau sistem
perilaku ini terjadi melalui satu konsep atau seperangkat pengertian tentang
apa dan bagaimana sebaiknya akhlak itu harus terwujud. Konsep atau seperangkat
pengertian tentang apa dan bagaimana akhlak itu, disusun oleh manusia di dalam
system idenya. Sistem ide ini adalah hasil proses (penjabaran)dari pada
kaidah-kaidah yang dihayati dan dirumuskan sebelumnya,
Banyak orangtua
mempercayakan 100% pendidikan agama bagi anaknya kesekolah, karena di sekolah
ada pendidikan agama dan guru agama. Sebagian orangtua mnambah pendidikan agama
(islam) bagi anaknya dengan cara menitipkan anaknya kepesantren, atau mendatangkan
guru agama kerumah. Mereka menganggap anak-anak mereka akan menjadi orang yang
beriman dan bertakwa.
Inti agama ialah iman.
Inti keberagamaan ialah keberimanan. Keberimanan itu tidak dapat di ajarkan di
sekolah, dipesantren ataupun dengan cara mengundang guru agama ke rumah.
Disekolah dan pesatren diajarkan pengetahuan tentang iman, keimanan dan
keberimanan. Pengajaran itu bersifat kognitif saja, berupa penyampaian
pengetahuan (pengetahuan tentang iman, keimanan dan keberimanan). Keberimanan
adalah sesuatu yang berada didalam hati (al-qalb). Keimanan itu bukan dikepala,
bukan berupa pengetahuan.
Karena iman itu didalam
hati bukan dikepala, maka iman tidak dapat diajarkan. Lantas bagaimana
menjadikan seseorang itu beriman? Nabi SAW. mengajarkan bahwa keberimanan itu
ditanamkan
Penanaman iman itu
harus dimulai sejak dini sekali, sejak terbayangkan adanya yaitu sejak memilih
jodoh. Nabi bersabda, “pilih-pilihlah tempat penyemaian benih kalian…” (Hadis
Riwayat Ibnu Majah, Al-Daruquthni, Al-Hakim). Maksudnya hati-hatilah memilih
jodoh, karena sifat ayah dan atau sifat ibu dapat menurun pada anaknya. Jika
ayahnya dan atau ibuya nakal, sifat itu kemungkinan besar akan menurun kepada
anaknya. Jika sifat buruk itu menurun, anak itu akan sulit didik menjadi orang
beriman.
Dalam hal memilih
jodoh, nabi mengajarkan agar digunakan empat kriteria sebagai ukuran, yaitu
kekayaannya, keturunannya, rupanya, dan agmanya. Apabila kamu memilih agamanya,
maka akan terbebaslah kamu dari kesulitan (hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)
Selanjutnya, saat anak
itu ada didalam kandungan bunya, penanaman iman perlu terus dilakukan. Caranya,
sama saja dengan mendidik anak yang sudah lahir, akan tetapi, pendidikan
keimanan pada masa ini dilakukan oleh atau kepada ibunya. Hasil penelitian
psikologi menjelaskan bahwa apa-apa yang dialami ibu hamil akan mempengaruhi
bayi yang ada dikandungannya. Apabila ibunya mendapatkan pendidikan keimanan,
anak yang dikandungnya juga akan memperoleh pendidikan keimanan.
Selanjutnya, saat bayi
lahir, ada hal-hal yang harus dilakukan oleh ayah dan ibunya, antara lain
memberinya nama yang baik. Ini merupakan salah satu bentuk penanaman iman pada
bayi itu. Nama yang baik akan memberikan pendidikan kepada anak itu kelak. Nabi
mengajarkan bahwa pendidikan keimanan itu pada dasarnya dilakukan oleh
orangtuanya. Caranya, memelui peneladanan dan pembiasaan.
Orangtua adalah orang
yang menjadi teladan anaknya. Setiap anak, mula-mula mengagumi kedua
orangtuanya. Semua tingkah orangtuanya ditiru oleh anak itu. Karena itu,
peneladanan sangat perlu. Berikut ini contoh peneladanan dan kebiasaan yang
dilakukan oleh orangtua:
1. ketika
akan makan. Misalnya, ayahnya membaca doa, anak-anak menirukan itu.
2. Saat
orangtuanya ahalat, anak kecil itu diajak sholat, sekalipun mereka belum
mengetahui cara dan bacaannya.
3. Saaat
puasa Ramadhan, orangtua mengajak anaknya makan sahur, meskipun pada pukul
Sembilan mereka sudah berbuka.
4. Saat
Idul Fitri, anak-anak itu dibawa ke lapangan atau masjid meskipun mereka hanya
rebut-ribut saja disana, tapi suasana itu akan berpengaruh kepada mereka.
5. Saat
ayah datang dari berpergian atau saat akan meninggalkan rumah, ucapkanlah
salam.
Orangtua adalah
pendidik utama dan pertama dalam hal penanaman iman bagi anaknya. Disebut
pendidik utama karena besar sekali pengaruhnya. Disebut pertama, karena
merekalah yang pertama mendidik anaknya. Sekolah, pesantren dan guru agama
adalah institusi pendidikan dan orang yang sekedar membantu orangtua.
Menyerahkan 100% pendidikan keimanan
anak-anak kita ke sekolah, pesantren, atau kepada guru agama yang diundang ke
rumah merupakan tindakan yang tidak baik karena tidak akan mampu melakukan
pendidikan keimanan tersebut.
Keimanan sangat
diperlukan untuk landasan bagi akhlak mulia. Keimanan diperlukan agar akhlak
anak remaja tidak merosot seperti tidak menghormati orang yang lebih tua,
bermain bersama teman-temannya yang nakal pada malam hari, dan masih banyak
lagi, sedangkan keberimanan diperlukan agar anak mampu hidup tentram serta
konstruktif pada zaman global ini. Jadi, pendidikan agama didalam keluarga
sangatlah perlu, karena keluargalah satu-satunya institusi pendidikan yang
mampu melakukan pendidikan keberimanan bagi anak-anaknya. Melakukan pendidikan
agama dalam keluarga itu ikut berusaha menyelamatkan generasi muda. Dengan
demikian, berarti keluarga itu ikut berusaha menyelamatkan bangsa. Dengan cara
ini diharapkan generasi muda kita kelak menjadi warga Negara yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keimanan dan ketakwaan itulah yang akan menerangi
kehidupan mereka pada zaman global. Keimanan dan ketakwaan itulahyang akan
menjadi landasan hidup meraka, menunjukkan tujuan hidup mereka, serta menjadi
filter dalam menilai mana yang baik mana yang buuk pada zaman global itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar