Tugas Makalah Mata Kuliah
Pendidikan Ilmu Filsafat
SARANA BERFIKIR ILMIAH
1. Amanda Agis Aprodita
2. Dean Trisanti
3. Farhana Nursyamsi
4. Shyvi Komala Dewi
4. Shyvi Komala Dewi
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG
TIRTAYASA
TAHUN 2015-2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat
yang telah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Tugas Mata
Kuliah Pendidikan Ilmu Filsafat ini tepat pada waktunya. Kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Harapan kami semoga dengan penulisan makalah ini dapat membuat kita
menjadi lebih tahu bagaimana sarana berfikir ilmiah, membuat bakat dan
kreativitas kita sebagai calon guru sekolah dasar dalam bidang tulis menulis semakin
bertambah.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh sempurna, untuk itu kami
harapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar menjadi lebih baik
dimasa yang akan datang.
Apabila terjadi
kesalahan dalam penulisan makalah ini kami mohon maaf yang setulus-tulusnya.
Serang,
20 Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR
ISI...................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN.................................................................................................. 3
1.1
Latar Belakang.................................................................................................... 3
1.2
Rumusan Masalah................................................................................................3
1.3
Tujuan Penulisan..................................................................................................3
BAB
II PEMBAHASAN................................................................................................... 4
2.1
Pengertian berfikir................................................................................................4
2.2
Langkah-Langkah Proses Berfikir........................................................................5
2.3
Macam-Macam Kegiatan Berfikir........................................................................7
2.4
Strategi dalam pemacahan Masalah......................................................................8
2.5
Pengertian Berfikir Ilmiah....................................................................................9
2.6
Sarana Berfikir Ilmiah...........................................................................................9
2.7
Ciri-Ciri Berfikir Ilmiah........................................................................................13
2.8
Teori Berfikir Ilmiah..............................................................................................15
2.9
Metode Berfikir Ilmiah..........................................................................................16
2.10 Nilai
Guna Berfikir Ilmiah.................................................................................... 17
2.11 Prosedur
Berfikir Ilmiah........................................................................................ 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kegiatan berfikir
kita lakukan dalam keseharian dan merupakan ciri utama dari kita sebagai
manusia ciptaan tuhan yang dianugerahi akal pikiran yang membedakan manusia
dengan makhluk lain ciptaan tuhan.
Berpikir merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah. Secara garis
besar berfikir dapat dibedakan antara berfikir alamiah dan berfikir ilmiah.
Berfikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kehidupan sehari-hari
dari pengaruh alam sekelilingnya. Berfikir ilmiah adalah pola penalaran
berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat.
1.2 RUMUSAN MASALAH
- apa yang dimaksud dengan berfikir ilmiah?
- apa ciri-ciri berfikir ilmiah?
1.3 TUJUAN PENULISAN
- Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sarana berpikir ilmiah.
- Untuk mengetahui Sarana apa saja yang mendukung seseorang untuk berpikir ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN BERFIKIR
Berfikir
Berfikir adalah
proses tingkah laku menggunakan pikiran untuk mencari makna an pemahaman
terhadap sesuatu, membuat pertimbangan dan keputusan atau penyelesaian masalah.
Berfikir merupakan aktifitas kognitif[1] manusia yang cukup kompleks. Seseorang
berfikir biasanya karena ada suatu masalah yang sedang menimpanya, misalnya:
ketika seseorang sedang kehilangan uang, maka dia akan berfikir, membuka
memorinya untuk menemukan uang yang hilang tersebut. Berikut ini adalah
pendapat para ahli tentang berfikir.
a.
Solso (1988) mengatakan bahwa berfikir merupakan
proses yang menghasilkan representasi mental yang baru melalui transformasi
informasi yang melibatkan interaksi yang kompleks antara berbagai proses
mental, seperti penilaian, abstraksi, penalaran, imajinasi, dan pemecahan
masalah
b.
Mayer (1988)
mengatakan bahwa berfikir meliputi 3 komponen pokok, yaitu:
1)
Berfikir merupakan aktifitas kognitif
2)
Berfikir merupakan proses yang melibatkan
beberapa manipulasi pengetahuan di dalam sistem kognitif
3)
Berfikir diarahkan dan menghasilkan perbuatan
pemecahan masalah.
·
Masalah
Masalah adalah suatu kondisi yang
memilioki potensi untuk menimbulkan kerugian atau menghasilkan keuntungan yang
luar biasa.
·
Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah tindakan memberi
respon terhadap masalah untuk menekan akibat buruknya atau memanfaatkan
peluang.
2.2 LANGKAH - LANGKAH PROSES BERFIKIR
Proses atau jalannya berpikir itu
pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu :
1.
Pembentukan Pengertian
Pengertian, atau
lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk melalui tiga tingkatan,
yaitu:
a.
Menganalisis ciri-ciri dari sejumalah obyek yang
sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan unsur – unsurnya satu demi satu, maupun
membentuk pengertian manusia. Kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita
analisa ciri-ciri misalnya:
·
Manusia Indonesia, ciri – cirinya :
Mahluk hidup
Berbudi
Berkulit sawo mateng
Berambut hitam
Dan sebagainya
·
Manusia Eropa, ciri – cirinya :
Mahluk hidup
Berbudi
Berkulit Putih
Berambut pirang atau putih
Bermata biru terbuka
Dan sebagainya
b. Membanding – bandingkan ciri tersebut untuk
diketemukan ciri – ciri mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu
ada dan mana yang tidak selalu ada mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki.
c. Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang,
ciri-ciri yang tidak hakiki, menangkap ciri-ciri yang hakiki. Pada contoh di
atas ciri – ciri yang hakiki itu ialah: Makhluk hidup yang berbudi.
2.
Pembentukan Pendapat.
Membentuk pendapat
adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat yang
dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdiri dari pokok kalimat atau
subyek dan sebutan atau predikat.
Selanjutnya pendapat dapat dibedakan
menjadi 3 macam yaitu :
a.
Pendapat positif, yaitu pendapat yang menyatakan
keadaan sesuatu, Misalnya Sitotok itu pandai, Si Ani Rajin dan sebagainya.
b.
Pendapat Negatif, Yaitu Pendapat yang
menidakkan, yang secara tegas menerangkan tentang tidak adanya seuatu sifat
pada sesuatu hal : Misalnya Sitotok itu Bodoh Si Ani Malas dan sebagainya
c.
Pendapat Modalitas atau kebarangkalian, Yaitu
Pendapat yang menerangkan kebarangkalian, kemungkinan – kemungkinan sesuatu
sifat pada sesuatu hal ; misalnya hari ini mungkin hujan, Si Ali Mungkin tidak
Datang. Dan sebagainya.
3.
Penarikan Kesimpulan atau Pembentukan Keputusan
Keputusan adalah
hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan
pendapat-pendapat yang telah ada. Ada 3 macam keputusan, Yaitu:
a.
Keputusan induktif
yaitu keputusan
yang diambil dari pendapat – pendapat khusus menuju ke satu pendapat umum.
Misalnya :
·
Tembaga di panaskan akan memuai
·
Perak di panaskan akan memuai
·
Besi di panaskan akan memuai
·
Kuningan di panaskan akan memuai Jadi
(kesimpulan). Bahwa semua logam kalau dipanaskan akan memuai (Umum)
b.
Keputusan
Deduktif
Keputusan deduktif
ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus , Jadi berlawanan dengan keputusan
induktif. Misalnya : Semua logam kalau dipanaskan memuai (umum), tembaga adalah
logam. Jadi (kesimpulan) : tembaga kalau dipanaskan memuai Contoh lain : Semua
manusia terkena nasib mati, Si Karto adalah manusia Jadi pada suatu hari si
Karto akan mati.
c.
Keputusan Analogis
Keputusan Analogis
adalah Keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan
dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada. Misalnya : Totok anak pandai,
naik kelas (Khusus). Jadi (kesimpulan) Si Nunung anak yang pandai itu, tentu
naik
2.3 MACAM – MACAM KEGIATAN BERFIKIR
- Berpikir asosiatif, yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang timbulnya ide lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya, jadi ide-ide timbul secara bebas. Jenis-jenis berpikir asosiatif: a. Asosiasi bebas Suatu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, tanpa ada batasnya. Misalnya, ide tentang makan dapat merangsang timbulnya ide tentang restoran, dapur, nasi atau anak yang belum sempat diberi makanan atau hal lainnya. b. Asosiasi terkontrol Satu ide tertentu menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-batas tertentu. Misalnya, ide tentang membeli mobil, akan merangsang ide-ide lain tentang harganya, pajaknya, pemeliharaannya, mereknya, atau modelnya, tetapi tidak merangsang ide tentang hal-hal lain di luar itu seperti peraturan lalu lintas, polisi lalu lintas, mertua sering meminjam barang-barang, piutang yang belum ditagih, dan sebagainya. c. Melamun Menghayal bebas, sebebas-bebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang tidak realistis. d. Mimpi Ide-ide tentang berbagai hal yang timbul secara tidak disadari pada waktu tidur. Mimpi ini kadang-kadang terlupakan pada waktu terbangun, tetapi kadang-kadang masih dapat diingat.
- Berfikir artistic Proses berpikir yang sangat subjektif. Jalan pikiran sangat dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Ini sering dilakukan oleh para seniman dalam mencipta karya-karya seninya.
- Berfikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumya. Dan diarahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahannya persoalan. Dua macam berpikir terarah, yaitu: a. Berpikir Analitis adalahBerpikir Konvergen (cenderung menyempit dan menujujawaban yang tunggal. b.Berpikir kreatif, yaitu berpikir untuk menentukan hubungan-hubungan baru antara berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal, menemukan sistem baru, menemukan bentuk artistik baru dan sebagainya untuk memperoleh lebih dari satu jawaban
2.4 STRATEGI DALAM PEMECAHAN MASALAH
1.
Strategi Menyeluruh
Di sini persoalan dipandang sebagai
suatu keseluruhan dan dipecahkan untuk keseluruhan itu.
2.
Strategi Detailistis
Di sini persoalan di bagi-bagi dalam
bagian-bagian dan dipecahkan bagian demi bagian.
3.
Proses pemecahan masalah ada 5tahap, yaitu:
a.
Mengatasi dengan pemecahan yang rutin misalnya:
mobil mogok, anda starter berkali-kali.
b.
Menggali memori untuk mengetahui cara apa saja
yang efektif pada masa lalu.
c.
Mencoba segala kemungkinan cara yang ada, ini
biasa disebut pemecahan mekanis.
d.
Menggunakan lambang-lambang verbal dan grafis
untuk mengatasi masalah.
e.
Introspeksi diri, ini biasa disebut dengan Aha
Erlebnis (pengalaman aha), atau insight solution.
2.5 PENGERTIAN BERFIKIR ILMIAH
Berpikir ilmiah adalah
kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi. Induksi adalah cara
berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari
pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khusus; sedangkan, deduksi
ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat khusus ditarik
dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum. Berfikir ilmiah adalah berfikir
yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan empiris adalah dibahas secara mendalam
berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan, selain itu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan,
memutuskan, dan mengembangkan. Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan
pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti
jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang
berupa pengetahuan.
2.6 SARANA BERFIKIR ILMIAH
Sarana berpikir
ilmiah merupakan alat bagi langkah-langkah (metode) ilmiah, atau membantu
langkah-langkah ilmiah, untuk mendapatkan kebenaran. Fungsi sarana berpikir
ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah untuk mendapat ilmu atau teori yang
lain.
a.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana
berpikir ilmiah adalah :
Sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu,
melainkan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah.
b.
Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk
memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
Untuk dapat
melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana berpikir
ilmiah yaitu bahasa, matematika, dan statistika.
1.
Bahasa
Bahasa merupakan
alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah.
Definisi bahasa menurut Jujun Suparjan Suriasumantri menyebut bahasa sebagai
serangkaian bunyi dan lambang yang membentuk makna. Sedangkan dalam KBBI(Kamus
Besar Bahasa Indonesia) bahasa ialah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang
dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Jadi bahasa menekankan bunyi,
lambang, sistematika, komunikasi, dan alat. Bahasa memiliki tujuh ciri sebagai
berikut :
a.
Sistematis, yang berarti bahasa mempunyai pola
atau aturan.
b.
Arbitrer (manasuka). Artinya, kata sebagai
simbol berhubungan secara tidak logis dengan apa yang disimbolkannya.
c.
Ucapan/vokal.Bahasa berupa bunyi.Bahasa itu
simbol.
d.
Kata sebagai simbol mengacu pada objeknya.
e.
Bahasa, selain mengacu pada suatu objek, juga
mengacu pada dirinya sendiri. Artinya, bahasa dapat dipakai untuk menganalisis
bahasa itu sendiri.
f.
Manusiawi, yakni bahasa hanya dimiliki oleh
manusia.
g.
Fungsi terpenting dari bahasa adalah menjadi
alatkomunikasi dan interaksi.
Ciri-Ciri Bahasa Ilmiah
a.
Informatif berarti bahwa bahasa ilmiah
mengungkapan informasi atau pengetahuan. Informasi atau pengetahuan ini
dinyatakan secara eksplisit dan jelas untuk menghindari kesalahpahaman.
b.
Reproduktif adalah bahwa pembicara atau penulis
menyampaikan informasi yang sama dengan informasi yang diterima oleh pendengar
atau pembacanya.
c.
Menurut Kemeny, antiseptik berarti bahwa bahasa
ilmiah itu objektif dan tidak memuat unsur emotif, kendatipun pada kenyataannya
unsur emotif ini sulit dilepaskan dari unsur informatif.
Slamet Iman Santoso mengimbuhkan bahwa bahasa ilmiah
itu bersifat deskriptif (descriptive language).Artinya, bahasa ilmiah
menjelaskan fakta dan pemikiran; dan pernyataan-pernyataan dalam bahasa ilmiah
bisa diuji benar-salahnya. Beerling, Kwee, Mooij, Van Peursen menambahkan ciri
intersubjektif,yaitu ungkapan-ungkapan yang dipakai mengandung makna-makna yang
sama bagi para pemakainya.
Kelemahan bahasa dalam menghambat komunikasi ilmiah
yaitu :
Bahasa mempunyai multifungsi (ekspresif, konatif, representasional,
informatif, deskriptif, simbolik, emotif, afektif) yang dalam praktiknya sukar
untuk dipisah-pisahkan. Akibatnya, ilmuwan sukar untuk membuang faktor emotif
dan afektifnya ketika mengomunikasikan pengetahuan informatifnya.
Kata-kata mengandung makna atau arti yang tidak
seluruhnya jelas dan eksak.Bahasa sering kali bersifat sirkular
(berputar-putar).Bahasa menjadikan manusia sebagai makhluk yang lebih maju
ketimbang makhluk-makhluk lainnya.Bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah
mempunyai fungsi-fungsi yang sangat bermanfaat bagi aktivitas-aktivitas ilmiah.
Di sisi lain, bahasa tidak alpa dari kelemahan-kelemahannya yang merintangi
pencapaian tujuan dari aktivitas-aktivitas ilmiah. Kelemahan-kelemahan bahasa
ini barangkali akan ditutupi oleh kelebihan-kelebihan dari dua sarana berpikir
ilmiah lainnya, yaitu matematika dan statistika.
2.
Matematika
Matematika
memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu dengan lainnya
serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Matematika merupakan
alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi
melalui abstraksi, idealisasi, atau generalisasi untuk suatu studi ataupun
pemecahan masalah.Pentingnya matematika tidak lepas dari perannya dalam segala
jenis dimensi kehidupan. Mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika
justru lebih praktis, sistematis, dan efisien.Begitu pentingnya matematika
sehingga bahasa matematika merupakan bagian dari bahasa yang digunakan dalam
masyarakat. Hal tersebut menunjukkan pentingnya peran dan fungsi matematika,
terutama sebagai sarana untuk memecahkan masalah baik pada matematika maupun
dalam bidang lainnya.
Peranan matematika sebagai sarana
berpikir ilmiah adalah dapat diperoleh kemampuan-kemampuan meliputi :
a.
Menggunakan algoritma,
b.
Melakukan manipulasi secara matematika,
c.
Mengorganisasikan data,
d.
memanfatkan simbol, tabel, grafik, dan
membuatnya,
e.
Mengenal dan menemukan pola,
f.
Menarik kesimpulan,
g.
Membuat kalimat atau model matematika,
h.
Membuat interpretasi bangun geometri,
i.
Memahami pengukuran dan satuanya,
j.
Menggunakan alat hitung dan alat bantu lainya
dalam matematika, seperti tabel matematika, kalkulator, dan komputer.
Kelebihan dan Kekurangan Matematika
Kelebihan matematika antara lain sebagai berikut
:Tidak memiliki unsur emotifBahasa matematika sangat universal.Adapun kelemahan
dari matematika adalah bahwa matematika tidak mengandungbahasa emosional (tidak
mengandung estetika) artinya bahwa matematika penuhdengan simbol yang bersifat
artifersial dan berlaku dimana saja.
3.
Statistika
Statistika
mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Konsep statistikasering
dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi
tertentu. Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang
bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang
bersangkutan. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian
dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada dasarnya didasarkan pada asas yang
sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi
tingkat ketelitian tersebut dan sebaliknya.
4.
Logika
Logika adalah
sarana untuk berpikir sistematik, valid dan dapatdipertanggungjawabkan. Dalam
arti luas logika adalah sebuah metode dan prinsip-prinsip yang dapat memisahkan
secara tegas antara penalaran yang benar dengan penalaran yang salah.Karena
itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan
berpikir.Berpikir membutuhkan jenis-jenis pemikiran yang sesuai. Logika dapat
di sistemisasi dalam beberapa golongan:
a.
Menurut Kualitas dibagi dua, yakni Logika
Naturalis (kecakapan berlogika berdasarkan kemampuan akal bawaan manusia) dan
Logika Artifisialis (logika ilmiah) yang bertugas membantu Logika Naturalis
dalam menunjukkan jalan pemikiran agar lebih mudah dicerna, lebih teliti, dan
lebih efisien.
b.
Menurut Metode dibagi dua yakni Logika
Tradisional yakni logika yang mengikuti aristotelian dan Logika Modern
c.
Menurut Objek dibagi dua yakni Logika Formal
(deduktif dan induktif) dan Logika Material.
Hubungan Antara Sarana Ilmiah Bahasa,
Logika,Matematika, Dan Statistika
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal
yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat
berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada
orang lain. Ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara
berpikir deduktif dan berpikir induktif. Untuk itu, penalaran ilmiah
menyandarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif. Matematika
mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika
mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Jadi keempat sarana ilmiah
ini saling berhubungan erat satu sama lain.
2.7 CIRI-CIRI BERFIKIR ILMIAH
Ciri-ciri
Berpikir Ilmiah Setidaknya ada empat ciri berpikir ilmiah, yaitu sebagai
berikut:
1.
Harus obyektif
Seorang ilmuwan dituntut mampu berpikir obyektif atau apa
adanya. Seorang yang berpikir obyektif selalu menggunakan data yang benar. Disebut sebagai data yang benar, manakala
data itu diperoleh dari sumber dan cara yang benar. Sebaliknya, data yang tidak
benar oleh karena diperoleh dengan cara yang tidak benar. Data itu dibuat-buat,
misalnya; data yang benar adalah data yang benar-benar sesuai dengan kenyataan
yang ada, tidak kurang dan tidak lebih. Ternyata untuk mendapatkan data yang
benar juga tidak mudah. Lebih mudah mendapatkan data palsu. Seorang ilmuwan
harus mampu membedakan antara data yang benar itu dari data yang palsu. Data
yang benar tidak selalu mudah mendapatkannya, dan hal itu sebaliknya adalah
data palsu. Banyak orang berpikir salah, oleh karena mendasarkan pada data yang
salah atau bahkan data palsu. Dari kenyataan seperti ini, maka seorang yang
berpikir ilmiah, harus hati-hati terhadap data yang tersedia.
2.
Rasional atau secara sederhana orang menyebut
masuk akal
Seorang berpikir ilmiah harus mampu menggunakan logika yang
benar. Mereka bisa mengenali kejadian atau peristiwai mulai apa yang menjadi
sebab dan apa pula akibatnya. Segala sesuatu selalu mengikuti hukum sebab dan
akibat. Bahwa sesuatu ada, maka pasti ada yang mengadakan. Sesuatu menjadi
berkembang, oleh karena ada kekuatan yang mengembangkan. Seseorang menjadi
marah oleh karena terdapat sebab-sebab yang menjadikannya marah. Manakala sebab
itu tidak ada, tetapi tetap marah, maka orang dimaksud dianggap di luar
kebiasaan, atau tidak masuk akal. Orang berikir ilmiah tidak akan terjebak atau
terpengaruh oleh hal-hal yang tidak masuk akal. Informasi, pendapat atau
pandangan baru bagi seseorang yang selalu berikir ilmiah tidak segera
diterimanya. Mereka akan mencari tahu informasi itu tentang sumbernya, siapa
yang membawa, dan kalau perlu diuji terlebih dahulu atas kebenarannya. Begitu
pula tatkala menghadapi pandangan atau pendapat, maka seorang yang berpikir
ilmiah akan berusaha mendapatkan alasan atau dasar-dasar yang digunakan hingga
muncul pandangan atau pendapat itu. Atas sikapnya seperti itu, maka seorang
yang berpkir ilmiah dianggap kritis.
3.
Terbuka
Ia selalu memposisikan diri bagaikan gelas yang terbuka dan
masih bisa diisi kembali. Seorang yang terbuka adalah selalu siap mendapatkan
masukan, baik berupa pikiran, pandangan, pendapat dan bahkan juga data atau
informasi baru dari manapun asal atau sumbernya. Ia tidak segera menutup diri,
bahwa hanya pendapatnya sendiri saja yang benar dan selalu mengabaikan lainnya
dari mana pun asalnya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak akan tertutup dan
apalagi menutup diri.
4.
Selalu berorientasi pada kebenaran, dan bukan
pada kalah dan menang : Seorang yang
berpikir ilmiah sanggup merasa kalah tatkala buah pikirannya memang salah.
Kekalahan itu tidak dirasakan sebagai sesuatu yang mengecewakan dan menjadikan
dirinya merasa rendah. Seorang yang berpikir ilmiah lebih mengedepankan
kebenaran daripada sekedar kemenangan. Kebenaran menjadi tujuan utamanya. Oleh
karena itu, seseorang yang berpikir ilmiah, dalam suasana apapun harus mampu
mengendalikan diri, agar tidak bersikap emosional, subyektif, dan tertutup.
Jadi, berpikir ilmiah memiliki ciri-ciri, diantaranya:
a.
pendapat atau tindakannya melalui penelitian;
b.
pendapatnya sesuai kebenaran;
c.
terdapat data-data atau bukti dalam menunjukkan
hasilnya;
d.
tidak berdasarkan perkiraan atau hanya sekedar
pendapat.
2.8 TEORI BERFIKIR ILMIAH
Berfikir Ilmiah
atau pendekatan ilmiah diperkenlakan oleh Charles Darwin dengan menggabungkan
aspek-aspek penting dari metode induktif dan deduktif. Dari teori Malthus
tentang Populasi oleh Darwin selanjutnya mempelajari untuk menjelaskan tentang
evolusi setelah menggabungkan data dengan baik. Darwin berdasarkan pada teori
Malthus menarik kesimpulan bahwa datanya mungkin benar. Dia memformulasikan
suatu hipotesis dari kenyataan yang telah dikatehui, kemudian menyelediki
dengan lebih jauh untuk mengetahui apakah hal itu membantu kehidupan atau membuktikan hal yang salah dengan adanya
tambahan yang jelas. Metode Darwin merupakan contoh berfikir secara ilmiah yang
modern.
Pendekatan ilmiah ini
merupakan suatu proses penelitian yang sistematik yang terdiri dari
bagian-bagian yang saling bergantung (interdependen). Pendekatan ini telah
terbukti sebagai metode yang berhasil dalam memahami dunia kita yang cukup
rumit ini dan dalam mengembangkan temuan-temuan baru untuk memenuhi keinginan
manusia.
Dalam pendekatan ilmiah dikenal lima langkah sebagai berikut:
1.
Perumusan Masalah
Penyidikan ilmiah dimulai dari suatu masalah atau persoalan
yang memerlukan pemecahan. Persoalan tersebut harus mempunyai suatu ciri
penting dan dirumusan sedemikian rupa sehingga dapat dijawab dengan pengamatan
dan percobaan. Persoalan yang menyangkut pilihan atau nilai-nilai tidak dapat
dijawab atas dasar informasi faktual belaka.
Kata-kata yang mengandung makna pertimbangan nilai hendaknya
tidak dimasukkan kedalam perumusan masalah. Contoh pertanyaan “ apakah sistem sekolah unggulan baik bagi siswa ?
tidak dapat diselidiki secara ilmiah tanpa memahami apa arti baik bagi
siswa atau bagaimana cara mengamatu at
atau mengukur “baik” itu . Pertangyaaan seperti, apakah siswa yang dididik denga sistem sekolah inggulan akan
memperoleh skor yang lebih tinggi pada tes belajar pada siswa yang
diajar dengan sistem tradisional ? inilah yang dapat diseliodiki secara ilmiah
2.
Pengajuan Hipotesis
Setelah perumusan masalah, hipotesis dirumuskan sebagai
penjelasan sementara tentang masalah itu. Pada tahap ini peneliti diharuskan
membaca bahan bacaan yang berkaitan dengan masalah itu dan berfikir lebih
mendalam lagi. Dengan menggunakan contoh
diaatas. Peneliti mungkin meru,uskan hipotesisnya “ siswa yang m,engajar dengan
sistam sekolah unggulan memperoleh
skor tes hasil belajar lebuh tunggi darupada siswa yang belajar disekolah
dengan sisrem tradisional.
3.
Cara berfikir deduktif
Melalui proses berfikir deduktif implikasi hipotesis yang
diajukan dapat ditetapkan yaitu apa yang akan dapat diamati jika hipotesis
tersebut benar. Jika benar bahwa dengan sistim sekolah unggulan, siswa akan
memperoleh skor lebih tinggi dari pada siswa sepadan yang belajar di sekolah
dengan sistem tradisional.
4.
Pengumpulan data dan analisis data
Hipotesis yang diajukan diuji dengan pengumpulan data yang
ada hubungannya dengan masalah yang diselidiki melalui pengamatan, tes dan eksperimentasi. Hasil-hasil pengamatan, tes
dan eksperimentasi ini, dianalisis dengan menggunakan metode tertentu baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Metode analisis data ini biasanya dikenal
dengan perhitungan-perhitungan statistik.
5.
Penerimaan dan penolakan hipotesis.
Hasil analisis data yang telah dikumpulkan, ditetapkan apakah
penyelidikan memberikan bukti-bukti yang mendukung hipotesis atau tidak. Dalam
pendekatan ilmiah peneliti tidak dituntu membuktikan hipotesis, tetapi
menyimpulkan bahwa bikti-bukti yang diperoleh mendukung atau tidak hipotesis
itu.
2.9 METODE BERFIKIR ILMIAH
Secara
etimologis, metode berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “Meta” yang artinya
sesudah atau dibalik sesuatu, dan “Hodos” yang artinya jalan yang harus
ditempuh. Jadi metode berarti langkah-langkah (cara dan tekhnis) yang diambil
menurut urutan tertentu untuk mencapai
pengetahuan tertentu. Jadi metode berfikir ilmiah adalah prosedur, cara
dan tekhnik memperoleh pengetahuan, serta untuk membuktikan benar salahnya
suatu hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya. Metode ilmiah ini adalah
sebuah prosedur yang digunakan para ilmuan dalam pencarian kebenaran baru.
Dilakukannya dengan cara kerja sistematis terhadap pengetahuan baru, dan
melakukan peninjauan kembali kepada pengetahuan yang telah ada. Tujuan dari
penggunaan metode ilmiah ini yaitu agar ilmu berkembang dan tetap eksis dan
mampu menjawab berbagai tantangan yang dihadapi. Kebenaran dan kecocokan kajian
ilmiah, akan terbatas pada ruang, waktu, tempat dan kondisi tertentu. Metode
ilmiah dipengaruhi oleh unsur alam yang berubah dan bergerak secara dinamik dan
teratur. Kondisi alam yang diduga para filosof karena adanya asas tunggal dari
alam (natural law). Filosof yakin, bahwa natural law telah menjadi salah satu
sebab adanya ketertiban alam.
Ketertiban akan
diangkat dan harus diletakkan sebagai objek ukuran dalam menentukan kebenaran.
Corak-corak metodis yang sandarannya pada kondisi alam, yang dinamik dan
teratur, harus diakui telah meneyebabkan lahirnya ilmu pengetahuan dengan sifat
dan kecendrungan yang positivistic. Ilmu selalu berkembang dalam ukuran-ukuran
yang konkrit dengan model dan pendekatan
serta eksperimen dan observasi. Dalam perkembangan selanjutnya model dan cara
berfikir demikian telah memperoleh gugatan. Karena, tidak semua ilmu dapat
didekati dengan model yang sama. Dengan ditemukannya metode berfikir ilmiah,
secara langsung telah menyebabkan terdinya kemajuan dalam ilmu pengetahuan.
Manusia bukan saja hidup dalam ritmis modernisasi yang serba mudah dan
menjanjkan. Lebih dari itu semua, manusia dapat menggapai sesuatu yang
sebelumnya seolah tidak mungkin. Manusia tidak lagi berpangku tangan, terhadap apa
yang menjadi kehendak alam
2.10
NILAI GUNA METODE BERFIKIR ILMIAH
Metode berpikir
ilmiah memiliki peranan penting dalam membantu manusia untuk memperoleh pengetahuan cakrawala baru dalam menjamin
eksistensi kehidupan manusia. Dengan menggunakan metode berfikir ilmiah,
manusia terus mengembangkan pengetahuannya. Ada 4 cara manusia memperoleh
pengetahuan:
1.
Berpegang pada sesuartu yang telah ada (metode
keteguhan)
2.
Merujuk kepada pendapat ahli
3.
Berpegang pada intuisi (metode intuisi)
4.
Menggunakan metode ilmiah
Dari ke empat itulah, manusia memperoleh
pengetahuannya sebagai pelekat dasar kemajuan manusia. Namun cara yang ke empat
ini, sering disebut sebagai cara ilmuan dalam memperoleh ilmu. Dalam
praktiknya, metode ilmiah digunakan untuk mengungkap dan mengembangkan ilmu,
melalui cara kerja penelitian. Cara kerja ilmuan dengan penelitian ilmiah,
muncul sebagai reaksi dari tantangan yang dihadapi manusia. Pemecahan masalah
melalui metode ilmiah tidak akan pernah berpaling. Penelitian ilmiah dengan
menggunakan metode ilmiah, memegang peranan penting dalam membantu manusia
untuk memecahkan setiap masalah yang di hadapinya. Ilmuan biasanya bekerja
dengan cara kerja sistematis, berlogika dan menghindari diri dari pertimbangan subjektif. Rasa tidak puas
terhadap pengetahuan yang berasal dari paham orang awam, mendorong kelahiran
filsafat. Filsafat menyelidik ulang semua pengetahuan manusia untuk mendapat
pengetahuan yang hakiki. Ilmuan mempunyai falsafah yang sama, yaitu dalam
penggunaan cara menyelesaikan masalah dengan menggunakan metode ilmiah. Metode
ilmiah selalu digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Penggunaan
metode ilmiah tertentu dalam kajian tertentu, dapat memudahkan ilmuan dan
pengguna hasil keilmuannya dapat memudahkan melakukan penelusuran.
Dalam ilmu pengetahuan ilmiah, “tidak ada” kebenaran
yang sekedar berada di awang-awang meskipun atas nama logika. Setiap kebenaran
ilmiah, senantiasa diperkuat bukti-bukti empirik dan indrawi, bahkan sesuatu
kebenaran tersebut telah teruji. Kebenaran ilmiah yang meskipun dikuasai oleh
relativitasnya, selalu berpatokan kepada
beberapa hal mendasar, yaitu:
- Adanya teori yang dijadikan dalil utama dalam mengukur fakta-fakta aktual.
- Adanya data-data yang berupa fakta atau realitas senyatanya dan realitas dalam dokumen tertentu.
- Adanya pengelompokkan fakta dan data yang signifikan
- Adanya uji validitas.
- Adanya penarikan kesimpulan yang operasional
- Adanya fungsi timbal balik antara teori dan realitas.
- Adanya pengembangan dialektika terhadap teori yang sudah teruji. 8. Adanya pembatasan wilayah penelitian yang proporsional.
Ciri-ciri tersebut merupakan “citra” ilmu pengetahuan
dan metode ilmah. Oleh karena itu, menurut Juhaya S. Pradja (1997), metode
ilmiah dimulai dengan pengamatan-pengamatan, kemudian memperkuat diri dengan
pengalaman dan menarik kesimpulan atas dasar pembuktian yang akurat. Langkah
metode ilmiah berpijak pada pertanyaan di seputar pada 3 hal, yaitu:
- Kemana arah yang hendak dituju ?
- Bagaimana dan kapan mulai bergerak ?
- Mampukah melakukan langkah dan gerakan yang sesuai dengan maksud yang ditargetkan; benarkah telah mulai bergerak ?
Metode ilmiah dimulai dengan usaha untuk konsisten
dalam berfikir ilmiah. Dalam kerangka
berfikir ilmiah, logika merupakan metode meluruskan pemikiran, baik
dalam pendekatan deduktif maupun induktif. Metode ilmiah pun harus berpedoman
pada paradigma tentang kebenaran indrawi yang positif, karena hal itu akan
lebih membuktikan relevansi antara teori dan realitas secara apa adanya.
2.11
PROSEDUR BERFIKIR ILMIAH
Prosedur berfikir
ilimiah modern, masih selalu tetap menggunakan kaidah keilmuan barat yang hanya
melandaskan fikirannya pada penalaran rasional dan empiris. Metode ilmiah
adalah ekspresi tentang cara berfikir menurut kaidah ilmiah. Melalui metode
ini, diharapakan dapat menghasilkan karakteristik tertentu yang diminta
pengetahuan ilmiah. Karakteristik yang dimaksud bersifat rasional (deduktif)
dan teruji secara empiris. Metode ilmiah dengan demikian adalah pengggabungan
antara cara berfikir deduktif dalam membangun tubuh pengetahuan. Prosedur
ilmiah mencakup 7 langkah, yaitu:
- Mengenal adanya suatu situasi yang tidak menentu. Situasi yang bertantangan atau kabur yang menghasilkan penyelidikan.
- Menyatakan masalah-masalah dalam istilah spesifik
- Merumuskan suatu hipotesis
- Merancang suatu metode penyelidikan yang terkendali dengan jalan pengamatan atau percobaan
- Mengumpulkan dan mencatat data kasar, agar mempunyai suatu pernyataan yang mempunyai makna dan kepentingan
- Melakukan penegasan yang dapat dipertanggung jawabkan
- Melakukan penegasan terhadap apa yang disebut dengan metode ilmiah.
Permasalahan akan menentukan ada atau tidaknya ilmu.
Tanpa ada masalah, maka tidak akan ada ilmu. Langkah pertama suatu penelitian
adalah mengajukan sesuatu yang dianggap sebagai masalah. Sesuatu yang dianggap
sebagai masalah apabila terdapat pertentangan antara harapan akan sesuatu yang
seharusnya, dengan kenyataan yang sebenarnya ada. Permasalahan dalam ilmu
pengetahuan, memiliki 3 ciri:
- Dapat di komunikasikan dan dapat menjadi wacana publik.
- Dapat diganti dengan sikap ilmiah
- Dapat ditangani dengan metode ilmiah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar