Sabtu, 28 November 2015

SARANA BERFIKIR ILMIAH








Tugas Makalah Mata Kuliah Pendidikan Ilmu Filsafat
SARANA BERFIKIR ILMIAH





Disusun Oleh Kelompok 7:
1.     Amanda Agis Aprodita
2.     Dean Trisanti
3.     Farhana Nursyamsi 
4. Shyvi Komala Dewi





PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
TAHUN 2015-2016



KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat yang telah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Tugas Mata Kuliah Pendidikan Ilmu Filsafat ini tepat pada waktunya. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Harapan kami semoga dengan penulisan makalah ini dapat membuat kita menjadi lebih tahu bagaimana sarana berfikir ilmiah, membuat bakat dan kreativitas kita sebagai calon guru sekolah dasar dalam bidang tulis menulis semakin bertambah.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh sempurna, untuk itu kami harapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.
Apabila terjadi kesalahan dalam penulisan makalah ini kami mohon maaf yang setulus-tulusnya.


                                                                                                            Serang, 20 Oktober  2015


                                                                                                                        Penulis


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 3
1.1     Latar Belakang.................................................................................................... 3
1.2     Rumusan Masalah................................................................................................3
1.3     Tujuan Penulisan..................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 4
2.1     Pengertian berfikir................................................................................................4
2.2     Langkah-Langkah Proses Berfikir........................................................................5
2.3     Macam-Macam Kegiatan Berfikir........................................................................7
2.4     Strategi dalam pemacahan Masalah......................................................................8
2.5     Pengertian Berfikir Ilmiah....................................................................................9
2.6     Sarana Berfikir Ilmiah...........................................................................................9
2.7     Ciri-Ciri Berfikir Ilmiah........................................................................................13
2.8     Teori Berfikir Ilmiah..............................................................................................15
2.9     Metode Berfikir Ilmiah..........................................................................................16
2.10 Nilai Guna Berfikir Ilmiah.................................................................................... 17
2.11 Prosedur Berfikir Ilmiah........................................................................................ 19  



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Kegiatan berfikir kita lakukan dalam keseharian dan merupakan ciri utama dari kita sebagai manusia ciptaan tuhan yang dianugerahi akal pikiran yang membedakan manusia dengan makhluk lain ciptaan tuhan.   Berpikir merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah. Secara garis besar berfikir dapat dibedakan antara berfikir alamiah dan berfikir ilmiah. Berfikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kehidupan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Berfikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat.

1.2  RUMUSAN MASALAH
  1. apa yang dimaksud dengan berfikir ilmiah?
  2. apa ciri-ciri berfikir ilmiah?

1.3  TUJUAN PENULISAN
  1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sarana berpikir ilmiah.
  2. Untuk mengetahui Sarana apa saja yang mendukung seseorang untuk berpikir ilmiah.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1    PENGERTIAN BERFIKIR
Berfikir
Berfikir adalah proses tingkah laku menggunakan pikiran untuk mencari makna an pemahaman terhadap sesuatu, membuat pertimbangan dan keputusan atau penyelesaian masalah. Berfikir merupakan aktifitas kognitif[1] manusia yang cukup kompleks. Seseorang berfikir biasanya karena ada suatu masalah yang sedang menimpanya, misalnya: ketika seseorang sedang kehilangan uang, maka dia akan berfikir, membuka memorinya untuk menemukan uang yang hilang tersebut. Berikut ini adalah pendapat para ahli tentang berfikir.
a.       Solso (1988) mengatakan bahwa berfikir merupakan proses yang menghasilkan representasi mental yang baru melalui transformasi informasi yang melibatkan interaksi yang kompleks antara berbagai proses mental, seperti penilaian, abstraksi, penalaran, imajinasi, dan pemecahan masalah
b.      Mayer (1988)  mengatakan bahwa berfikir meliputi 3 komponen pokok, yaitu:
1)      Berfikir merupakan aktifitas kognitif
2)      Berfikir merupakan proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan di dalam sistem kognitif
3)      Berfikir diarahkan dan menghasilkan perbuatan pemecahan masalah.
·      Masalah
Masalah adalah suatu kondisi yang memilioki potensi untuk menimbulkan kerugian atau menghasilkan keuntungan yang luar biasa.
·      Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah tindakan memberi respon terhadap masalah untuk menekan akibat buruknya atau memanfaatkan peluang.

2.2    LANGKAH - LANGKAH PROSES BERFIKIR
Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu :
1.      Pembentukan Pengertian
Pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk melalui tiga tingkatan, yaitu:
a.       Menganalisis ciri-ciri dari sejumalah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan unsur – unsurnya satu demi satu, maupun membentuk pengertian manusia. Kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisa ciri-ciri misalnya:
·      Manusia Indonesia, ciri – cirinya :

Mahluk hidup
Berbudi
Berkulit sawo mateng
Berambut hitam
Dan sebagainya

·      Manusia Eropa, ciri – cirinya :

Mahluk hidup
Berbudi
Berkulit Putih
Berambut pirang atau putih
Bermata biru terbuka
Dan sebagainya


b.   Membanding – bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri – ciri mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki.
c.      Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki, menangkap ciri-ciri yang hakiki. Pada contoh di atas ciri – ciri yang hakiki itu ialah: Makhluk hidup yang berbudi.
2.      Pembentukan Pendapat.
Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdiri dari pokok kalimat atau subyek dan sebutan atau predikat.
Selanjutnya pendapat dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
a.       Pendapat positif, yaitu pendapat yang menyatakan keadaan sesuatu, Misalnya Sitotok itu pandai, Si Ani Rajin dan sebagainya.
b.      Pendapat Negatif, Yaitu Pendapat yang menidakkan, yang secara tegas menerangkan tentang tidak adanya seuatu sifat pada sesuatu hal : Misalnya Sitotok itu Bodoh Si Ani Malas dan sebagainya
c.       Pendapat Modalitas atau kebarangkalian, Yaitu Pendapat yang menerangkan kebarangkalian, kemungkinan – kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal ; misalnya hari ini mungkin hujan, Si Ali Mungkin tidak Datang. Dan sebagainya.
3.      Penarikan Kesimpulan atau Pembentukan Keputusan
Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada 3 macam keputusan, Yaitu:
a.       Keputusan induktif
yaitu keputusan yang diambil dari pendapat – pendapat khusus menuju ke satu pendapat umum. Misalnya :
·      Tembaga di panaskan akan memuai
·      Perak di panaskan akan memuai
·      Besi di panaskan akan memuai
·      Kuningan di panaskan akan memuai Jadi (kesimpulan). Bahwa semua logam kalau dipanaskan akan memuai (Umum)
b.      Keputusan  Deduktif
Keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus , Jadi berlawanan dengan keputusan induktif. Misalnya : Semua logam kalau dipanaskan memuai (umum), tembaga adalah logam. Jadi (kesimpulan) : tembaga kalau dipanaskan memuai Contoh lain : Semua manusia terkena nasib mati, Si Karto adalah manusia Jadi pada suatu hari si Karto akan mati.
c.       Keputusan Analogis
Keputusan Analogis adalah Keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada. Misalnya : Totok anak pandai, naik kelas (Khusus). Jadi (kesimpulan) Si Nunung anak yang pandai itu, tentu naik

2.3    MACAM – MACAM KEGIATAN BERFIKIR
  1.  Berpikir asosiatif, yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang timbulnya ide lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya, jadi ide-ide timbul secara bebas. Jenis-jenis berpikir asosiatif:  a. Asosiasi bebas Suatu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, tanpa ada batasnya. Misalnya, ide tentang makan dapat merangsang timbulnya ide tentang restoran, dapur, nasi atau anak yang belum sempat diberi makanan atau hal lainnya. b. Asosiasi terkontrol Satu ide tertentu menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-batas tertentu. Misalnya, ide tentang membeli mobil, akan merangsang ide-ide lain tentang harganya, pajaknya, pemeliharaannya, mereknya, atau modelnya, tetapi tidak merangsang ide tentang hal-hal lain di luar itu seperti peraturan lalu lintas, polisi lalu lintas, mertua sering meminjam barang-barang, piutang yang belum ditagih, dan sebagainya. c. Melamun Menghayal bebas, sebebas-bebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang tidak realistis. d. Mimpi Ide-ide tentang berbagai hal yang timbul secara tidak disadari pada waktu tidur. Mimpi ini kadang-kadang terlupakan pada waktu terbangun, tetapi kadang-kadang masih dapat diingat. 
  2. Berfikir artistic Proses berpikir yang sangat subjektif. Jalan pikiran sangat dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Ini sering dilakukan oleh para seniman dalam mencipta karya-karya seninya.
  3. Berfikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumya. Dan diarahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahannya persoalan. Dua macam berpikir terarah, yaitu: a. Berpikir Analitis adalahBerpikir Konvergen (cenderung menyempit dan menujujawaban yang tunggal. b.Berpikir kreatif, yaitu berpikir untuk menentukan hubungan-hubungan baru antara berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal, menemukan sistem baru, menemukan bentuk artistik baru dan sebagainya untuk memperoleh lebih dari satu jawaban
Dalam berpkir selalu dipergunakan simbol, yaitu sesuatu yang dapat mewakili segala hal dalam alam pikiran. Misalnya perkataan buku adalah simbol uang mewakili benda yang terdiri dari lembaran-lembaran kertas yang dijilid dan tertulis huruf-huruf. Di samping kata-kata, bentuk-bentuk simbol antara laibn angka-angka dan simbol matematika, simbol simbol yang dipergunakan dalam peraturan lalu lintas, not musik, mata uang, dan sebagainya.

 
2.4    STRATEGI DALAM PEMECAHAN MASALAH
1.      Strategi Menyeluruh
Di sini persoalan dipandang sebagai suatu keseluruhan dan dipecahkan untuk keseluruhan itu.
2.      Strategi Detailistis
Di sini persoalan di bagi-bagi dalam bagian-bagian dan dipecahkan bagian demi bagian.
3.      Proses pemecahan masalah ada 5tahap, yaitu:
a.    Mengatasi dengan pemecahan yang rutin misalnya: mobil mogok, anda starter berkali-kali.
b.    Menggali memori untuk mengetahui cara apa saja yang efektif pada masa lalu.
c.    Mencoba segala kemungkinan cara yang ada, ini biasa disebut pemecahan mekanis.
d.   Menggunakan lambang-lambang verbal dan grafis untuk mengatasi masalah.
e.    Introspeksi diri, ini biasa disebut dengan Aha Erlebnis (pengalaman aha), atau insight solution.

2.5    PENGERTIAN BERFIKIR ILMIAH
Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi. Induksi adalah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khusus; sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum. Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan  empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan, selain itu  menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan. Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan.

2.6    SARANA BERFIKIR ILMIAH
Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi langkah-langkah (metode) ilmiah, atau membantu langkah-langkah ilmiah, untuk mendapatkan kebenaran. Fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah untuk mendapat ilmu atau teori yang lain.
a.       Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah :
Sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu, melainkan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah.
b.      Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana berpikir ilmiah yaitu bahasa, matematika, dan statistika.
1.      Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah. Definisi bahasa menurut Jujun Suparjan Suriasumantri menyebut bahasa sebagai serangkaian bunyi dan lambang yang membentuk makna. Sedangkan dalam KBBI(Kamus Besar Bahasa Indonesia) bahasa ialah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Jadi bahasa menekankan bunyi, lambang, sistematika, komunikasi, dan alat. Bahasa memiliki tujuh ciri sebagai berikut :
a.       Sistematis, yang berarti bahasa mempunyai pola atau aturan.
b.      Arbitrer (manasuka). Artinya, kata sebagai simbol berhubungan secara tidak logis dengan apa yang disimbolkannya.
c.       Ucapan/vokal.Bahasa berupa bunyi.Bahasa itu simbol.
d.      Kata sebagai simbol mengacu pada objeknya.
e.       Bahasa, selain mengacu pada suatu objek, juga mengacu pada dirinya sendiri. Artinya, bahasa dapat dipakai untuk menganalisis bahasa itu sendiri.
f.       Manusiawi, yakni bahasa hanya dimiliki oleh manusia.
g.      Fungsi terpenting dari bahasa adalah menjadi alatkomunikasi dan interaksi.
Ciri-Ciri Bahasa Ilmiah
a.       Informatif berarti bahwa bahasa ilmiah mengungkapan informasi atau pengetahuan. Informasi atau pengetahuan ini dinyatakan secara eksplisit dan jelas untuk menghindari kesalahpahaman.
b.      Reproduktif adalah bahwa pembicara atau penulis menyampaikan informasi yang sama dengan informasi yang diterima oleh pendengar atau pembacanya.
c.       Menurut Kemeny, antiseptik berarti bahwa bahasa ilmiah itu objektif dan tidak memuat unsur emotif, kendatipun pada kenyataannya unsur emotif ini sulit dilepaskan dari unsur informatif.
Slamet Iman Santoso mengimbuhkan bahwa bahasa ilmiah itu bersifat deskriptif (descriptive language).Artinya, bahasa ilmiah menjelaskan fakta dan pemikiran; dan pernyataan-pernyataan dalam bahasa ilmiah bisa diuji benar-salahnya. Beerling, Kwee, Mooij, Van Peursen menambahkan ciri intersubjektif,yaitu ungkapan-ungkapan yang dipakai mengandung makna-makna yang sama bagi para pemakainya.
Kelemahan bahasa dalam menghambat komunikasi ilmiah yaitu :
Bahasa mempunyai multifungsi (ekspresif, konatif, representasional, informatif, deskriptif, simbolik, emotif, afektif) yang dalam praktiknya sukar untuk dipisah-pisahkan. Akibatnya, ilmuwan sukar untuk membuang faktor emotif dan afektifnya ketika mengomunikasikan pengetahuan informatifnya.
Kata-kata mengandung makna atau arti yang tidak seluruhnya jelas dan eksak.Bahasa sering kali bersifat sirkular (berputar-putar).Bahasa menjadikan manusia sebagai makhluk yang lebih maju ketimbang makhluk-makhluk lainnya.Bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang sangat bermanfaat bagi aktivitas-aktivitas ilmiah. Di sisi lain, bahasa tidak alpa dari kelemahan-kelemahannya yang merintangi pencapaian tujuan dari aktivitas-aktivitas ilmiah. Kelemahan-kelemahan bahasa ini barangkali akan ditutupi oleh kelebihan-kelebihan dari dua sarana berpikir ilmiah lainnya, yaitu matematika dan statistika.
2.      Matematika
Matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu dengan lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui abstraksi, idealisasi, atau generalisasi untuk suatu studi ataupun pemecahan masalah.Pentingnya matematika tidak lepas dari perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan. Mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika justru lebih praktis, sistematis, dan efisien.Begitu pentingnya matematika sehingga bahasa matematika merupakan bagian dari bahasa yang digunakan dalam masyarakat. Hal tersebut menunjukkan pentingnya peran dan fungsi matematika, terutama sebagai sarana untuk memecahkan masalah baik pada matematika maupun dalam bidang lainnya.
Peranan matematika sebagai sarana berpikir ilmiah adalah dapat diperoleh kemampuan-kemampuan meliputi :
a.       Menggunakan algoritma,
b.      Melakukan manipulasi secara matematika,
c.       Mengorganisasikan data,
d.      memanfatkan simbol, tabel, grafik, dan membuatnya,
e.       Mengenal dan menemukan pola,
f.       Menarik kesimpulan,
g.      Membuat kalimat atau model matematika,
h.      Membuat interpretasi bangun geometri,
i.        Memahami pengukuran dan satuanya,
j.        Menggunakan alat hitung dan alat bantu lainya dalam matematika, seperti tabel matematika, kalkulator, dan komputer.
Kelebihan dan Kekurangan Matematika
Kelebihan matematika antara lain sebagai berikut :Tidak memiliki unsur emotifBahasa matematika sangat universal.Adapun kelemahan dari matematika adalah bahwa matematika tidak mengandungbahasa emosional (tidak mengandung estetika) artinya bahwa matematika penuhdengan simbol yang bersifat artifersial dan berlaku dimana saja.
3.      Statistika
Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Konsep statistikasering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada dasarnya didasarkan pada asas yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi tingkat ketelitian tersebut dan sebaliknya.
4.      Logika
Logika adalah sarana untuk berpikir sistematik, valid dan dapatdipertanggungjawabkan. Dalam arti luas logika adalah sebuah metode dan prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara tegas antara penalaran yang benar dengan penalaran yang salah.Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir.Berpikir membutuhkan jenis-jenis pemikiran yang sesuai. Logika dapat di sistemisasi dalam beberapa golongan:
a.       Menurut Kualitas dibagi dua, yakni Logika Naturalis (kecakapan berlogika berdasarkan kemampuan akal bawaan manusia) dan Logika Artifisialis (logika ilmiah) yang bertugas membantu Logika Naturalis dalam menunjukkan jalan pemikiran agar lebih mudah dicerna, lebih teliti, dan lebih efisien.
b.      Menurut Metode dibagi dua yakni Logika Tradisional yakni logika yang mengikuti aristotelian dan Logika Modern
c.       Menurut Objek dibagi dua yakni Logika Formal (deduktif dan induktif) dan Logika Material.
Hubungan Antara Sarana Ilmiah Bahasa, Logika,Matematika, Dan Statistika
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Untuk itu, penalaran ilmiah menyandarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Jadi keempat sarana ilmiah ini saling berhubungan erat satu sama lain.

2.7    CIRI-CIRI BERFIKIR ILMIAH
Ciri-ciri Berpikir Ilmiah Setidaknya ada empat ciri berpikir ilmiah, yaitu sebagai berikut:
1.      Harus obyektif
Seorang ilmuwan dituntut mampu berpikir obyektif atau apa adanya. Seorang yang berpikir obyektif selalu menggunakan data yang  benar. Disebut sebagai data yang benar, manakala data itu diperoleh dari sumber dan cara yang benar. Sebaliknya, data yang tidak benar oleh karena diperoleh dengan cara yang tidak benar. Data itu dibuat-buat, misalnya; data yang benar adalah data yang benar-benar sesuai dengan kenyataan yang ada, tidak kurang dan tidak lebih. Ternyata untuk mendapatkan data yang benar juga tidak mudah. Lebih mudah mendapatkan data palsu. Seorang ilmuwan harus mampu membedakan antara data yang benar itu dari data yang palsu. Data yang benar tidak selalu mudah mendapatkannya, dan hal itu sebaliknya adalah data palsu. Banyak orang berpikir salah, oleh karena mendasarkan pada data yang salah atau bahkan data palsu. Dari kenyataan seperti ini, maka seorang yang berpikir ilmiah, harus hati-hati terhadap data yang tersedia.
2.      Rasional atau secara sederhana orang menyebut masuk akal
Seorang berpikir ilmiah harus mampu menggunakan logika yang benar. Mereka bisa mengenali kejadian atau peristiwai mulai apa yang menjadi sebab dan apa pula akibatnya. Segala sesuatu selalu mengikuti hukum sebab dan akibat. Bahwa sesuatu ada, maka pasti ada yang mengadakan. Sesuatu menjadi berkembang, oleh karena ada kekuatan yang mengembangkan. Seseorang menjadi marah oleh karena terdapat sebab-sebab yang menjadikannya marah. Manakala sebab itu tidak ada, tetapi tetap marah, maka orang dimaksud dianggap di luar kebiasaan, atau tidak masuk akal. Orang berikir ilmiah tidak akan terjebak atau terpengaruh oleh hal-hal yang tidak masuk akal. Informasi, pendapat atau pandangan baru bagi seseorang yang selalu berikir ilmiah tidak segera diterimanya. Mereka akan mencari tahu informasi itu tentang sumbernya, siapa yang membawa, dan kalau perlu diuji terlebih dahulu atas kebenarannya. Begitu pula tatkala menghadapi pandangan atau pendapat, maka seorang yang berpikir ilmiah akan berusaha mendapatkan alasan atau dasar-dasar yang digunakan hingga muncul pandangan atau pendapat itu. Atas sikapnya seperti itu, maka seorang yang berpkir ilmiah dianggap kritis.
3.      Terbuka
Ia selalu memposisikan diri bagaikan gelas yang terbuka dan masih bisa diisi kembali. Seorang yang terbuka adalah selalu siap mendapatkan masukan, baik berupa pikiran, pandangan, pendapat dan bahkan juga data atau informasi baru dari manapun asal atau sumbernya. Ia tidak segera menutup diri, bahwa hanya pendapatnya sendiri saja yang benar dan selalu mengabaikan lainnya dari mana pun asalnya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak akan tertutup dan apalagi menutup diri.
4.      Selalu berorientasi pada kebenaran, dan bukan pada kalah dan menang :     Seorang yang berpikir ilmiah sanggup merasa kalah tatkala buah pikirannya memang salah. Kekalahan itu tidak dirasakan sebagai sesuatu yang mengecewakan dan menjadikan dirinya merasa rendah. Seorang yang berpikir ilmiah lebih mengedepankan kebenaran daripada sekedar kemenangan. Kebenaran menjadi tujuan utamanya. Oleh karena itu, seseorang yang berpikir ilmiah, dalam suasana apapun harus mampu mengendalikan diri, agar tidak bersikap emosional, subyektif, dan tertutup. Jadi, berpikir ilmiah memiliki ciri-ciri, diantaranya:
a.       pendapat atau tindakannya melalui penelitian;
b.      pendapatnya sesuai kebenaran;
c.       terdapat data-data atau bukti dalam menunjukkan hasilnya;
d.      tidak berdasarkan perkiraan atau hanya sekedar pendapat.

2.8    TEORI BERFIKIR ILMIAH
Berfikir Ilmiah atau pendekatan ilmiah diperkenlakan oleh Charles Darwin dengan menggabungkan aspek-aspek penting dari metode induktif dan deduktif. Dari teori Malthus tentang Populasi oleh Darwin selanjutnya mempelajari untuk menjelaskan tentang evolusi setelah menggabungkan data dengan baik. Darwin berdasarkan pada teori Malthus menarik kesimpulan bahwa datanya mungkin benar. Dia memformulasikan suatu hipotesis dari kenyataan yang telah dikatehui, kemudian menyelediki dengan lebih jauh untuk mengetahui apakah hal itu membantu kehidupan  atau membuktikan hal yang salah dengan adanya tambahan yang jelas. Metode Darwin merupakan contoh berfikir secara ilmiah yang modern.
Pendekatan ilmiah ini merupakan suatu proses penelitian yang sistematik yang terdiri dari bagian-bagian yang saling bergantung (interdependen). Pendekatan ini telah terbukti sebagai metode yang berhasil dalam memahami dunia kita yang cukup rumit ini dan dalam mengembangkan temuan-temuan baru untuk memenuhi keinginan manusia.
Dalam pendekatan ilmiah dikenal lima langkah sebagai berikut:
1.      Perumusan Masalah
Penyidikan ilmiah dimulai dari suatu masalah atau persoalan yang memerlukan pemecahan. Persoalan tersebut harus mempunyai suatu ciri penting dan dirumusan sedemikian rupa sehingga dapat dijawab dengan pengamatan dan percobaan. Persoalan yang menyangkut pilihan atau nilai-nilai tidak dapat dijawab atas dasar informasi faktual belaka.
Kata-kata yang mengandung makna pertimbangan nilai hendaknya tidak dimasukkan kedalam perumusan masalah. Contoh pertanyaan “ apakah  sistem sekolah unggulan baik bagi siswa ? tidak dapat diselidiki secara ilmiah tanpa memahami apa arti baik bagi siswa  atau bagaimana cara mengamatu at atau mengukur “baik” itu . Pertangyaaan seperti, apakah siswa  yang dididik denga  sistem sekolah  inggulan akan  memperoleh skor yang lebih tinggi pada tes belajar pada siswa yang diajar dengan sistem tradisional ? inilah yang dapat diseliodiki secara ilmiah
2.      Pengajuan Hipotesis
Setelah perumusan masalah, hipotesis dirumuskan sebagai penjelasan sementara tentang masalah itu. Pada tahap ini peneliti diharuskan membaca bahan bacaan yang berkaitan dengan masalah itu dan berfikir lebih mendalam lagi.  Dengan menggunakan contoh diaatas. Peneliti mungkin meru,uskan hipotesisnya “ siswa yang m,engajar dengan sistam sekolah unggulan    memperoleh skor tes hasil belajar lebuh tunggi darupada siswa yang belajar disekolah dengan sisrem tradisional.
3.      Cara berfikir deduktif
Melalui proses berfikir deduktif implikasi hipotesis yang diajukan dapat ditetapkan yaitu apa yang akan dapat diamati jika hipotesis tersebut benar. Jika benar bahwa dengan sistim sekolah unggulan, siswa akan memperoleh skor lebih tinggi dari pada siswa sepadan yang belajar di sekolah dengan sistem tradisional.
4.      Pengumpulan data dan analisis data
Hipotesis yang diajukan diuji dengan pengumpulan data yang ada hubungannya dengan masalah yang diselidiki melalui pengamatan, tes dan  eksperimentasi. Hasil-hasil pengamatan, tes dan eksperimentasi ini, dianalisis dengan menggunakan metode tertentu baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Metode analisis data ini biasanya dikenal dengan perhitungan-perhitungan statistik.
5.      Penerimaan dan penolakan hipotesis.
Hasil analisis data yang telah dikumpulkan, ditetapkan apakah penyelidikan memberikan bukti-bukti yang mendukung hipotesis atau tidak. Dalam pendekatan ilmiah peneliti tidak dituntu membuktikan hipotesis, tetapi menyimpulkan bahwa bikti-bukti yang diperoleh mendukung atau tidak hipotesis itu.

2.9    METODE BERFIKIR ILMIAH
Secara etimologis, metode berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “Meta” yang artinya sesudah atau dibalik sesuatu, dan “Hodos” yang artinya jalan yang harus ditempuh. Jadi metode berarti langkah-langkah (cara dan tekhnis) yang diambil menurut urutan tertentu untuk mencapai  pengetahuan tertentu. Jadi metode berfikir ilmiah adalah prosedur, cara dan tekhnik memperoleh pengetahuan, serta untuk membuktikan benar salahnya suatu hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya. Metode ilmiah ini adalah sebuah prosedur yang digunakan para ilmuan dalam pencarian kebenaran baru. Dilakukannya dengan cara kerja sistematis terhadap pengetahuan baru, dan melakukan peninjauan kembali kepada pengetahuan yang telah ada. Tujuan dari penggunaan metode ilmiah ini yaitu agar ilmu berkembang dan tetap eksis dan mampu menjawab berbagai tantangan yang dihadapi. Kebenaran dan kecocokan kajian ilmiah, akan terbatas pada ruang, waktu, tempat dan kondisi tertentu. Metode ilmiah dipengaruhi oleh unsur alam yang berubah dan bergerak secara dinamik dan teratur. Kondisi alam yang diduga para filosof karena adanya asas tunggal dari alam (natural law). Filosof yakin, bahwa natural law telah menjadi salah satu sebab adanya ketertiban alam.
Ketertiban akan diangkat dan harus diletakkan sebagai objek ukuran dalam menentukan kebenaran. Corak-corak metodis yang sandarannya pada kondisi alam, yang dinamik dan teratur, harus diakui telah meneyebabkan lahirnya ilmu pengetahuan dengan sifat dan kecendrungan yang positivistic. Ilmu selalu berkembang dalam ukuran-ukuran yang konkrit dengan model dan  pendekatan serta eksperimen dan observasi. Dalam perkembangan selanjutnya model dan cara berfikir demikian telah memperoleh gugatan. Karena, tidak semua ilmu dapat didekati dengan model yang sama. Dengan ditemukannya metode berfikir ilmiah, secara langsung telah menyebabkan terdinya kemajuan dalam ilmu pengetahuan. Manusia bukan saja hidup dalam ritmis modernisasi yang serba mudah dan menjanjkan. Lebih dari itu semua, manusia dapat menggapai sesuatu yang sebelumnya seolah tidak mungkin. Manusia tidak lagi berpangku tangan, terhadap apa yang menjadi kehendak alam

2.10 NILAI GUNA METODE BERFIKIR ILMIAH
Metode berpikir ilmiah memiliki peranan penting dalam membantu manusia untuk memperoleh  pengetahuan cakrawala baru dalam menjamin eksistensi kehidupan manusia. Dengan menggunakan metode berfikir ilmiah, manusia terus mengembangkan pengetahuannya. Ada 4 cara manusia memperoleh pengetahuan:
1.      Berpegang pada sesuartu yang telah ada (metode keteguhan)
2.      Merujuk kepada pendapat ahli
3.      Berpegang pada intuisi (metode intuisi)
4.      Menggunakan metode ilmiah
Dari ke empat itulah, manusia memperoleh pengetahuannya sebagai pelekat dasar kemajuan manusia. Namun cara yang ke empat ini, sering disebut sebagai cara ilmuan dalam memperoleh ilmu. Dalam praktiknya, metode ilmiah digunakan untuk mengungkap dan mengembangkan ilmu, melalui cara kerja penelitian. Cara kerja ilmuan dengan penelitian ilmiah, muncul sebagai reaksi dari tantangan yang dihadapi manusia. Pemecahan masalah melalui metode ilmiah tidak akan pernah berpaling. Penelitian ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah, memegang peranan penting dalam membantu manusia untuk memecahkan setiap masalah yang di hadapinya. Ilmuan biasanya bekerja dengan cara kerja sistematis, berlogika dan menghindari diri dari  pertimbangan subjektif. Rasa tidak puas terhadap pengetahuan yang berasal dari paham orang awam, mendorong kelahiran filsafat. Filsafat menyelidik ulang semua pengetahuan manusia untuk mendapat pengetahuan yang hakiki. Ilmuan mempunyai falsafah yang sama, yaitu dalam penggunaan cara menyelesaikan masalah dengan menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah selalu digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Penggunaan metode ilmiah tertentu dalam kajian tertentu, dapat memudahkan ilmuan dan pengguna hasil keilmuannya dapat memudahkan melakukan  penelusuran.
Dalam ilmu pengetahuan ilmiah, “tidak ada” kebenaran yang sekedar berada di awang-awang meskipun atas nama logika. Setiap kebenaran ilmiah, senantiasa diperkuat bukti-bukti empirik dan indrawi, bahkan sesuatu kebenaran tersebut telah teruji. Kebenaran ilmiah yang meskipun dikuasai oleh relativitasnya, selalu berpatokan kepada  beberapa hal mendasar, yaitu:
  1.  Adanya teori yang dijadikan dalil utama dalam mengukur fakta-fakta aktual.
  2. Adanya data-data yang berupa fakta atau realitas senyatanya dan realitas dalam dokumen tertentu.
  3. Adanya pengelompokkan fakta dan data yang signifikan
  4. Adanya uji validitas.
  5. Adanya penarikan kesimpulan yang operasional
  6.  Adanya fungsi timbal balik antara teori dan realitas.
  7. Adanya pengembangan dialektika terhadap teori yang sudah teruji. 8. Adanya pembatasan wilayah penelitian yang proporsional.
Ciri-ciri tersebut merupakan “citra” ilmu pengetahuan dan metode ilmah. Oleh karena itu, menurut Juhaya S. Pradja (1997), metode ilmiah dimulai dengan pengamatan-pengamatan, kemudian memperkuat diri dengan pengalaman dan menarik kesimpulan atas dasar pembuktian yang akurat. Langkah metode ilmiah berpijak pada pertanyaan di seputar pada 3 hal, yaitu:
  1.   Kemana arah yang hendak dituju ?
  2. Bagaimana dan kapan mulai bergerak ?
  3. Mampukah melakukan langkah dan gerakan yang sesuai dengan maksud yang ditargetkan;  benarkah telah mulai bergerak ?
Metode ilmiah dimulai dengan usaha untuk konsisten dalam berfikir ilmiah. Dalam kerangka  berfikir ilmiah, logika merupakan metode meluruskan pemikiran, baik dalam pendekatan deduktif maupun induktif. Metode ilmiah pun harus berpedoman pada paradigma tentang kebenaran indrawi yang positif, karena hal itu akan lebih membuktikan relevansi antara teori dan realitas secara apa adanya.

2.11 PROSEDUR BERFIKIR ILMIAH
Prosedur berfikir ilimiah modern, masih selalu tetap menggunakan kaidah keilmuan barat yang hanya melandaskan fikirannya pada penalaran rasional dan empiris. Metode ilmiah adalah ekspresi tentang cara berfikir menurut kaidah ilmiah. Melalui metode ini, diharapakan dapat menghasilkan karakteristik tertentu yang diminta pengetahuan ilmiah. Karakteristik yang dimaksud bersifat rasional (deduktif) dan teruji secara empiris. Metode ilmiah dengan demikian adalah pengggabungan antara cara berfikir deduktif dalam membangun tubuh pengetahuan. Prosedur ilmiah mencakup 7 langkah, yaitu:
  1. Mengenal adanya suatu situasi yang tidak menentu. Situasi yang bertantangan atau kabur yang menghasilkan penyelidikan.
  2. Menyatakan masalah-masalah dalam istilah spesifik
  3. Merumuskan suatu hipotesis
  4. Merancang suatu metode penyelidikan yang terkendali dengan jalan pengamatan atau  percobaan
  5. Mengumpulkan dan mencatat data kasar, agar mempunyai suatu pernyataan yang mempunyai makna dan kepentingan
  6. Melakukan penegasan yang dapat dipertanggung jawabkan
  7. Melakukan penegasan terhadap apa yang disebut dengan metode ilmiah.
Permasalahan akan menentukan ada atau tidaknya ilmu. Tanpa ada masalah, maka tidak akan ada ilmu. Langkah pertama suatu penelitian adalah mengajukan sesuatu yang dianggap sebagai masalah. Sesuatu yang dianggap sebagai masalah apabila terdapat pertentangan antara harapan akan sesuatu yang seharusnya, dengan kenyataan yang sebenarnya ada. Permasalahan dalam ilmu pengetahuan, memiliki 3 ciri:
  1. Dapat di komunikasikan dan dapat menjadi wacana publik.
  2. Dapat diganti dengan sikap ilmiah
  3.  Dapat ditangani dengan metode ilmiah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar